Berbeda dari mayoritas penduduk Bali yang beragama Hindu,
seluruh warga Kampung Kecicang menganut Islam.
Kampung Kecicang Islam berada di kawasan Banjar Dinas
Kecicang Islam, Desa Bungayan Kangin, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem.
Kampung ini adalah kampung Islam terbesar di Kabupaten Karangasem, Bali dengan
penduduk mencapai 3.402 kepala keluarga.
Kampung ini berbatasan dengan Banjar Kecicang Bali di
sebelah barat daya, Banjar Triwangsa di sebelah barat dan Banjar Subagan di
bagian selatan.
Penduduk Kampung Kecicang mempercayai bahwa leluhur mereka
berasal dari penduduk kawasan Tohpati Buda Keling. Setelah raja mereka
meninggal, raja baru memindahkan penduduknya dari Tohpati ke Kecicang dengan
cara membuka hutan.
Nama Kecicang sendiri diambil dari nama bunga berwarna
putih yang biasa dimasak oleh masyarakat setempat. Namun, sebagian penduduk
mengatakan bahwa Kecicang berasal dari kata incang-incangan yang berarti
'saling mencari saat perang pada zaman kerajaan'.
Berbeda dari mayoritas penduduk Bali yang beragama Hindu,
seluruh warga Kampung Kecicang menganut Islam. Nuansa Islami pun begitu kentara
di kampung yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai pedagang
dan petani itu.
Salah satu bukti nyata eksistensi Islam di Kampung Kecicang
adalah keberadaan Masjid Baiturrahman. Masjid yang telah berdiri sejak akhir
abad 17 itu tak sekadar menjadi tempat ibadah, tapi juga menjadi ikon dan
identitas Muslim Kecicang.
Masjid Baiturrahman dulunya hanya sebuah masjid sederhana.
Namun kini telah diperbesar dengan bangunan tiga lantai seiring pertumbuhan
penduduk Kecicang yang setiap tahunnya semakin bertambah.
Selain masjid, nuansa Islam di kampung ini dapat dirasakan
melalui beragam tradisi kearifan lokal yang masih dilestarikan oleh
masyarakatnya. Warga Kecicang memiliki tari-tarian khas bernama Tari Rudat yang
merupakan akulturasi budaya Bali dan Timur Tengah. Mereka juga menjalankan
tradisi ritual keagamaan seperti tahlil, ziarah, dan selamatan.
Sebagaimana masyarakat Muslim di Bali lainnya, hubungan
antara masyarakat Kecicang Islam dengan mayoritas penganut Hindu di Bali
terjalin harmonis sejak lama.
Keharmonisan ini dibuktikan saat pelaksanaan tradisi
tahunan salat Idul Fitri, di mana sejumlah pecalang (polisi adat) turut serta
membantu mengamankan hari raya umat Islam tersebut. Demikian pula sebaliknya,
ketika umat Hindu merayakan Nyepi, Muslim Kecicang turut pula menjaga keamanan
dan memberi hadiah makanan.
(Sumber: bimasislam.kemenag.go.id)
※ Ya Allah... semoga yang membaca artikel ini :
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤ Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin.
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤ Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin.
¤ Salam sayang buat isteri &
anak tercinta :
“Siti Nurjanah & Rachmad Hidayatullah”